Memantik Api Kebangkitan Nasional

oleh: Nabiel L.S. 

Dalam hidup bernegara, kita perlu banyak mengingat-ingat sejarah bangsa sendiri. Beberapa hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 20 Mei 2018, Nusantara memeringati Hari Kebangkitan Nasional. Sepertinya banyak orang yang tidak ingat karena tidak dijadikan hari libur. Mungkin bisa jadi masukan untuk pemerintah.

Tanggal tersebut diputuskan sebagai hari kebangkitan nasional oleh Presiden Soekarno pada 1948, ketika Indonesia mengalami agresi militer Belanda. Penetapan tersebut dilakukan untuk memperteguh dan mengembalikan ingatan para pejuang bangsa untuk merebut kembali Indonesia dari Belanda dalam kondisi perang tersebut. Tanggal 20 Mei 1908 dipilih sebagai simbol titik balik perjuangan bangsa, dari yang sebelumnya bersifat kedaerahan menjadi perjuangan nasional atas nama bangsa Indonesia. Hari itu merupakan hari lahirnya Organisasi Boedi Oetomo.

Penetapan lahirnya Organisasi Boedi Oetomo sebagai simbol Hari Kebangkitan Nasional memang banyak mengundang diskusi. Namun, tulisan ini tidak akan membahas lebih jauh ke arah sana. Tulisan ini akan membahas mengenai latar belakang bangkitnya bangsa Indonesia di awal abad ke-20.

Perjuangan bangsa di abad ke-19 dan ke-20 sangatlah berbeda. Sebelum tahun 1900-an, kita banyak mendengar kisah heroik Cut Nyak Dien di Aceh, Pangeran Diponegoro di Jawa Tengah, atau Sultan Hasanudin di Sulawesi. Sementara, setelah 1900-an, perjuangan merebut kemerdekaan banyak dilakukan oleh kelompok elite terpelajar, diantaranya adalah Boedi Oetomo, Sarekat Islam, dan Indische Partiij. Satu alasan yang menjadi penyebab perubahan bentuk perjuangan tersebut adalah pelaksanaan Politik Etis yang digagas oleh van Deventer.

Politik Etis merupakan bentuk balas budi pemerintah Belanda kepada kaum pribumi sebagai respon terhadap kritik kebijakan tanam paksa. Kebijakan Politik Etis dilakukan mulai tahun 1901. Secara umum, tiga budi yang dilakukan oleh Belanda kepada Indonesia adalah irigasi, imigrasi, dan pendidikan. Kenyataannya, dua yang pertama tidak dijalankan dengan baik. Pendidikan merupakan salah satu yang pada akhirnya berdampak besar pada tahun-tahun perjuangan setelahnya.

Pendidikan lah yang membuat kaum pribumi sadar bahwa terjajah di tanah sendiri bukanlah hal yang wajar dan bahwa ada banyak alasan untuk berjuang, khususnya berjuang bersama-sama. orang-orang yang terpelajar ini sadar bahwa berjuang secara sporadis hanya menguntungkan Belanda, yang berarti kemerdekaan hanya akan menjadi sekedar mimpi dan obrolan. Mereka, begitu juga seluruh pribumi yang menerima dan berjuang dalam caranya masing-masing kala itu, sadar bahwa berjuang dan bersama bukan lagi pilihan, tapi menjadi jalan utama menuju kemerdekaan. Melalui organisasi seperti Jong Java, Jong Sumtranen Bond, Jong Ambon, Pemuda Kaum Betawi, Perhimpunan Pelajar Indonesia, dan lain-lain, terbentuklah kesepakatan dan deklarasi tentang satu mimpi yang sama mengenai kemerdekaan Indonesia. Sumpah Pemuda.

Pendidikan. Organisasi. Kesepakatan. Kemerdekaan.

Silahkan dirayakan, dengan selalu ingat bahwa kebangkitan nasional tidak hanya dibutuhkan satu dua kali. Sekarang, saatnya kita memantik api itu lagi.

Selamat Hari Kebangkitan Bangsa, Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *